Satu Tungku Tiga Batu, Harmoni Perbedaan di Tanah Papua

Harmoni Perbedaan di Tanah Papua
Satu tungku tiga batu, sebuah kata yang sering aku dengar tentang kerukunan umat beragama di Papua. Filosofi tiga batu satu tungku mendeskripsikan prinsip hidup warga disini dalam menjaga keseimbangan dan kebersamaan hidup, antara lain melalui penghormatan yang tinggi terhadap pentingnya kerukunan hidup antarumat. Tungku adalah kebersamaan hidup. Tiga batu adalah simbol dari tiga agama besar yang ada di daerah ini.

Saat aku berkunjung ke bebrapa daerah kerap kujumpai dalam 1 keluarga terdapat 3 agama dalam keluarga tersebut. Ada yang islam ,kristen dan juga katolik.

Walaupun mereka satu keluarga tapi beda agama, tapi sungguh tak ada konflik apapun mengenai keyakinan yang berbeda itu, pun Malam ini ada pemandangan yang begitu indah, salah satu santri di Pondok Al Payage dijenguk bapaknya. Rudi namanya, salah satu santri yang berasal dari Argaboda pegunungan tengah Papua dijenguk oleh bapaknya yang bergama Kristen. Indah sekali aku melihatnya. Walaupun beliau sang bapak beragama kristen, tapi mengizinkan Rudi untuk menempuh jalan hidupnya sendiri di sebuah pesantren yang jauh dari kampung halamannya.

Semakin kesini bisa semakin memahami bahwa konsep kultural yang berlaku di tanah Papua ini sangat mengedepankan inspirasi untuk hidup bersama dalam bingkai kekeluargaan.

Bagiku kerukunan beragama di Papua merupakan harmoni kehidupan beragama yang dilandasi nilai dan etika budaya yang luhur. Dalam kenyataannya, perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk berinteraksi, tetapi justru menjadi ikatan kekerabatan dan persaudaraan yang dijaga dengan nilai budaya lokal.

#Damai kita sepanjang hari jangan pernah mau diadu domba karna walaupun agama kita berbeda Tuhan kita tetaplah sama.
Cerita Inspirasi Abdu L Wahab

0 Response to "Satu Tungku Tiga Batu, Harmoni Perbedaan di Tanah Papua"

Posting Komentar