Dibalik Engagement Karyawan

 Dibalik Engagement Karyawan
Bisnis adalah tentang kerja tim. Itulah mengapa, di dalam buku Good To Great yang ditulis Jim Collins dan timnya, CEO yang tergolong "Great Company" selalu meletakkan kata "kami" dalam paparan aksi bisnisnya. Karena CEO yang benar akan memahami bahwa capaian bisnis bukanlah capaian individu, melainkan capaian tim.

Dari pemikiran diatas, maka kita harus bergerak ke pertanyaan berikutnya.

Apa yang membuat sebuah tim bisa mencapai performa yang baik?

Apa yang membuat seorang Anggota tim mau berbuat maksimal untuk organisasinya?

Apa yang membuat mereka dapat bertahan lama dalam sebuah organisasi?

Salah satu jawabannya adalah "the quality of engagement" atau kualitas keberikatan seseorang dengan organisasinya.

*****

Setidaknya, level engagement tim terbagi menjadi 3 tingakatan.

1. Actively Dis-engage

Golongan ini adalah mereka yang sebenarnya tidak merasa "nyangkut" hatinya dengan organisasi bisnis. Walau mereka digaji, mereka tidaklah merasa bahwa itu fair dan pas untuk mereka. Biasanya kelompok ini selalu jadi trouble maker, berperforma rendah dan menjadi pengaruh buruk sahabat-sahabat yang lain.

Anehnya, kelompok ini tidak memutuskan untuk resign dan terus menjadi parasit dalam organisasi.

Semoga organisasi kita terhindar dari makhluk seperti ini.

2. Engage

Kelompok kedua adalah mereka yang merasa terikat dan bertanggung jawab kepada organisasi. Mereka sadar bahwa gaji yang mereka terima menuntut value yang harus diberikan. Mereka mengerjakan tugas-tugas Organisasi secara baik.

Namun kelemahannya, kelompok kedua ini hanya berhenti pada level "An OK Employee". Mereka tidak berusaha untuk memberikan lebih. Mereka menakar kontribusi mereka kedalam organisasi. Sehingga, bahasa mudahnya adalah "aku akan memberikan kontribusi sebesar apa yang organisasi berikan pada diriku"

Kelompok ini adalah karyawan yang baik. Namun perusahaan yang ingin menjadi A Great Company, tidak cukup hanya memiliki "A Good Employee", namun harus memiliki "A Great Employee".

3. Highly Engage

Kelompok ketiga ini bagaikan sekelompok Samurai dalam sebuah organisasi bisnis. Jiwanya, raganya, dan fikirannya melebur dalam organisasi bisnis. Kelompok ini memiliki loyalitas diatas rata-rata dan mempu berkorban lebih untuk organisasi.

Kelompok ini tidak lagi berfikir tentang gaji sebagai parameter kontribusi. Keputusannya untuk bekerja dalam sebuah organisasi bisnis merupakan keputusan bulat dari hati. Mereka siap untuk memberikan kontribusi diatas apa yang mereka dapatkan (gaji).

Kelompok ke-3 ini biasa menghiasi perusahaan-perusahaan yang terus bertumbuh dan berkembang. Dibalik sebuah perusahaan yang melesat hebat, terdapat para Samurai yang terus berjuang.

*****

Ketiga level keberikatan karyawan ini bukanlah harga mati. Seorang karyawan dapat terus menanjak dari Actively Dis Engage hingga Highly Engage. Maka teruslah mendidik tim agar mereka bertumbuh ke level Highly Engage.

Bagaimana meningkatkan engagement tim?

Bagaimana agar tim terus menerus merasa terikat dan loyal kepada organisasi bisnis?

Bagaimana agar tim terus menerus mampu memiliki energi untuk bekerja dalam sebuah organisasi dalam waktu yang lama?

Jawabannya, tunggu pada postingan selanjutnya...

Catatan Inspirasi dari Rendy Saputra, CEO KeKe Group

0 Response to "Dibalik Engagement Karyawan"

Posting Komentar