Gusdur Sang Penakluk, Tak Lekang untuk Dikenang

Mata penakluk
 Hingga kini, aku selalu bertanya dalam hati. Jika Thariq bin Ziyad menaklukkan Andalusia, menaklukkan ketakutan dirinya dan seluruh pasukannya, lalu bagaimana dengan diriku? Apa yang harus aku taklukkan?.
Itulah petikan kisah Sang Penakluk, Gusdur dalam novel terbaru Abdullah Wong, "Mata Penakluk, Manakib Abdurahman Wahid". Kisah sang penakluk itu pun dihadirkan dalam "Bincang Sastra dan Bedah Buku Mata Penakluk", di GOR Mahardika, Desa Cikasur, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang (27/9). 

Selain Abdullah Wong, acara yang digagas Komunitas Gusdurian Gunung Slamet ini dihadiri oleh Eko Wahyudi Ketua UKM Sugih Bareng, Haris Burhani MAP dari Pus Litbang Kehidupan keberagamaan Kemenag RI, Gus Yusuf Budayawan Purwokerto, Abdul Wahab aktifis NU Papua dan H Shaleh Kordinator Gusdurian Tegal yang juga memimpin jalannya diskusi sebagai moderator.

Ketua Panitia, Azis Nurizun dalam sambutanya sangat bersyukur atas kerjasama dari setiap elemen yang berpartisipasi, baik panitia, narasumber, dan peserta. Aziz menegaskan bahwa Gusdurian Gunung Slamet berusaha membuat acara-acara yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan juga mempererat tali persaudaraan.

"Acara ini di selenggarakan  sebagai media silaturahmi warga di Pemalang dan sekitar Lereng gunung Selamet, dan meneruskan pemikiran Gus Dur tentang perdamaian."kata Azis.

Gus Yusuf Budayawan Banyumas, mengatakan Gusdurian itu independent, pemikiranya suka dengan pemikiran Gus Dur.

"Bukan kaum Islam saja, tetapi semua agama Katolik, Kristen, suku atau etnis lainnya juga banyak yang ikut komunitas Gusdurian" ujar Gus Yusuf.

"ada pesan dari Alisa Wahid, Gus Durian tidak pernah berpolitik praktis, kegiatan Gusdurian kegiatan sosial,dan pembelaan terhadap warga tertindas." ungkap Gus Yusuf dalam sambutan acara tersebut.

Harapanya jika ada yang ingin lebih tau tentang gusdurian masyarakat  bisa mengakses di  web www.gusdurian.net dan blognya mba Lisa : alissawahid.wordpress.com Pungkas Gus Yusuf.

Abdu l wahab
Abdul Wahab, aktifis NU sedang memberikan sambutan
Nama Gusdur Istimewa di Papua
Abdul Wahab sebagai aktifis NU di Papua, dalam sambutanya sebagai  Keynote Speaker menceritakan bagaimana keistimewaan yang dirasakan berkah nama Gusdur. 

"Bagi kami aktifis dakwah di Papua, nama Gusdur adalah sebuah kunci" tutur Abdu dalam Awal sambutanya

Papar Abdu, ada kisah terjadi pada bulan Desember 2012. Saat itu PB PMII pernah mengadakan kegiatan akbar di Papua. Kegiatan tersebut menurut Abdu diikuti tak kurang oleh 500 kader PMII se Nusantara. Agenda besar nasional itu memangkas isu keamanan di Jayapura yang merupakan daerah ‘merah’ karena merupakan salah satu basis OPM.

Dalam acara itulah kebesaran nama K.H Abdurrahman Wahid  kembali terbukti, ia menjadi kunci suksesnya perhelatan akbar waktu  itu. Tanpa membawa nama Gus Dur,  kegiatan yang dihelat sepekan itu memang menuai banyak tantangan. Selain mengkhawatirkan, karena diikuti oleh ratusan pemuda dari luar Papua, kondisi politik dan keamanan di Jayapura dan sekitarnya, saat itu terbilang genting. 

"Alhamdulillah berkah Gus Dur acara bisa di slenggarakan Papua dengan aman." ujar Abdu

Dalam acara tersebut bahkan salah satu budayawan di Papua, Engel dengan suka rela mengoordinir anak-anak adat binaanya untuk menampilkan sejumlah tarian adat dalam Festival Budaya pada salah satu agenda Muspimnas PMII, yang digelar selama sepekan.
Menurut Engel , para tokoh adat di Sentani juga turut mengerahkan pasukannya untuk mengamankan kegiatan PMII yang di helat di Hotel Sentani, Jayapura.

“Kalian cukup berani mengadakan kegiatan di sini. Kalau saja kalian bukan anak-anak Gus Dur, mungkin kami juga pikir-pikir untuk terlibat,”  inilah salah satu ucapan tokoh Papua saat itu" tutur Abdul wahab.

Bahkan menurut Abdul Wahab, dalam kegiatan tersebut OPM pun turut menjaga acara yang diselenggarakan oleh PMII.

Abdullah Wong
Abdullah Wong bersama peserta bedah buku
Kisah Di balik Pembuatan Novel Mata Penakluk
Dalam penggarapan novel Mata Penakluk, Abdullah Wong menggunakan penelitian dan penggalian data yang valid. Itulah kenapa ia berani mempertanggung jawabkan data yang ada di dalam novelnya tersebut. Wong juga menceritakan bahwa dalam penggarapannya, tidak jarang ia terbawa alur cerita yang ada.

Sempat Abdullah Wong mengalami kebuntuan saat menulis novel Mata Penakluk. Akhirnya beliau menziarahi makam Gus Dur dan para kyai lainnya di Tebuireng. Walhasil, setelah pulang ziarah, Wong langsung bisa melanjutkan tulisan.

Dapatkan Album Sholawat terbaru Habib Syech Volume 11
HUBUNGI 081902867178 (SMS/TELP/WA)| PIN BB : 757D452B UNTUK PEMESANANNYA>>>>>>>

0 Response to "Gusdur Sang Penakluk, Tak Lekang untuk Dikenang"

Posting Komentar