Sua Pertama dengan Pak Dir

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,
Siapa yang pernah ke ruang Direktur Polines? Dan berbicara langsung dengan Bapak Totok (Direktur Polines)? Gimana kesan pertamanya? .hehhee.. beragam pasti. Tap bagi yang sudah terbiasa, mungkin merasakan nyaman/enak berbicara/ngobrol dengan Direktur. Tapi bagi yang belum terbiasa bahkan yang baru pertama kali nya masuk ruang direktur, bertemu langsung dengan direktur? Bagaimana rasanya?? Mungkin ada yang sudah bisa membayangkan. Hehhe.. berikut, pengalaman ku yang “wow” banget kala bertemu Bapak Direktur.
Hari ini, (Jumat, 22 Februari 2013) aku sebagai humas dalam agenda Polines Islamic Expo nya Jazirah, mendapat tugas untuk memberikan surat kepada Bapak Garup, Bapak Totok, Bapak Khamami, Ibu Suparni, dan ke Menwa. Kala itu aku ditemani dengan satu ikhwan yang juga masuk dalam humas PIE, akh Dana namanya. Aku ajak dia, agar lebih mengetahui tugas tugas humas. Surat pertama yang aku layangkan, adalah ke Bapak Garup Lambang goro. Ketika ke ruang WD 3, ternyata Bapak Garup sedang tidak ada di ruang. Ya sudah, aku berikan surat itu ke sekretaris.
Alhamdulillah, satu surat kelar. Masih ada 3 surat yang belum aku sampaikan. Rencana selanjutnya, sebenarnya mau ke Pak Khamami. Namun, tak kunjung ada balasan sms dari Beliau. Sedang untuk Pak Totok? Aku belum berani masuk ke dalam ruangannya, meskipun sebenarnya yang bersangkutan ada diruangan. Alasan kenapa ku urungkan terlebih dahulu, karena aku belum faham atas surat yang akan ditujukan. Karena surat tersebut berhubungan dengan lomba dalam PIE, inisiatifku kala itu yaitu menghubungi PJ Lomba akh Mugi. Sebenarnya sudah beberapa jam sebelumnya dia (akh Mugi) aku hubungi untuk menemani ku, tapi tak kunjung ada balasan darinya. “Njelei” . Akhirnya, kami berdua turun untuk menuju ke Mako Menwa. “Ndilalah” kami dipertemukan di  MDH dengan Akh Mugi. Langsung aku gadang dia menuju Gedung Direktorat lantai 2, Ruang direktur.
Kami bertiga, bergegas menuju ruang direktur. Ketika sampai didepan pintu direktur, sempat kami berselisih untuk menunjuk siapa yang ada didepan. Karena aku merasa ini adalah amanah buat aku, so akhirnya aku mengalah untuk masuk berada di baris depan.
“thok thok thok, Assalamu’alaikum”...
Dari dalam tak terdengar jawaban salamku, hanya gurauan dari Pak Totok dengan tamu yang sedang disana. Kubuka dengan hati hati, pintu direktur itu. Jreng. Terlihat disebelah kananku, terdapat dua kursi, yang mana salah satunya telah diduduki orang yang tak aku kenal. Fikirku kala itu, kami harus mengantri.
“Mau cari siapa Mas” tanya lelaki tua yang duduk dikursi tersebut
“Mau cari Pak Totok, Pak” dengan muka kebingunganku sambil menunjuk ke arah Pak Totok yang sedang berbincang dengan tamunya.
“silahkan mas”sahut lelaki tua itu
Bener bener, aku kebingungan kala itu. Kudu gimana aku?. Mau langsung menghadap, eh masih ada tamu. Ehm.. bimbang kala itu,,
“Sini mas, mau ada kepentingan apa?” celetuk tamu Pak Totok
“Loo.. meh rene mawi Leda lede”celethuk Pak Totok.
Jedarrr, bagai kena petir. Baru beberapa melangkah menuju Pak Totok sudah dihujam komentar seperti itu. Namun, itu tak menggoyahkan niatan kami. Ku serahkan surat permohonan tersebut
“Maaf Pak, kami dari Jazirah. Mau memberikan surat Permohonan kepada Bapak”kataku dengan jiwa yang gugup.
“surat apa mas? Buat Apa?”tanya pak dir
“Surat permohonan untuk pemberian tropi lomba. Besok pada tanggal 16 Jazirah akan mempunyai agenda Lomba Dai,mewarnai, dan kaligrafi” timpal akh Mugi.
Pak Dir membuka sejenak surat tersebut. “Terus aku harus gimana? Gak mungkin langsung Jadi sekarang kan?” tanya nya
“Iya Pak,”
“Nah iki piye? Nek meh ngekeki ning sopo? Gak ana CP ne lo mas? Loo..”  kata Pak Dir, dengan logat dan ciri khas bicaranya.
Jedar, bingung kita. Gada Cpnya coy. Kirain semua surat sama..
“O. Maaf Pak”
“Lo.. iki, tanggal 22 Januari 2013. Kok gek dikeke saiki. Nek ana sing komplain, surat gak diterima tanggal 22 padahal gek saiki ngekek’e. Gak mikir sek”
Kulihat tanggal pembuatan surat. “matek”. Bener, tanggal 22 Januari. Aku pun langsung menjawab
“Maaf Pak,Mungkin Sekretarisnya lupa.”
“Gak lali, tapi rak mikir.. “dengan gaya khas Pakdirnya.
Wah akhiran, surat dikembalikan. Dan kami bertiga langsung pamit keluar dengan muka “bego”. Bener bener “bego”. Hemm.. salut dah, teliti banget dengan Pak Dir ini. :hikkkk (/End)

Tembalang, Jumat 22 Februari 2013 17:50
Jazakallaah Ahsanal Jaza,

0 Response to "Sua Pertama dengan Pak Dir"

Posting Komentar